05 Ogos, 2010

Malaikat Penjaga Gunung :” Ya Muhammad! izinkan aku hempapkan mereka dengan dua gunung al-Akhsyabain”



Jalan Ke Thaif pada masa kini

Abu Aqil Adnan

Antara musibah yang paling berat pernah menimpa Rasulullah saw ialah ketika mencari perlindungan dan berusaha menyebarkan Islam kepada penduduk Thaif. Peristiwa itu lebih berat daripada peristiwa perang Uhud di mana baginda mengalami luka-luka dan berdarah akibat dipukul oleh pihak musuh.

Peristiwa tersebut berlaku tiga tahun sebelum hijrah, Rasulullah SAW melakukan perjalanan ke Thaif untuk melakukan dakwah dan mengajak Kabilah Tsaqif masuk Islam. Perjalanan ini dilakukan tidak lama setelah wafatnya  Ummul Mukminin Khadijah dan Abu Thalib yang merupakan tulang belakang dakwah nabi saw.

Meninggalnya mereka berdua menyebabkan kaum musyrik Quraisy semakin berani mengganggu Rasulullah SAW. Untuk menghindari penganiayaan yang lebih berat secara diam-diam dan dengan berjalan kaki, Rasulullah mencoba pergi ke Thaif untuk meminta pertolongan dan perlindungan.
Rasulullah tinggal di Thaif selama sepuluh hari untuk berdakwah dan meminta perlindungan. Namun, ternyata penduduk Thaif melakukan penolakan dan memperlakukan Rasulullah dengan kasar.

 Saat itu, kaum Tsaqif melempari Rasulullah SAW, sehingga kakinya terluka. Tindakan jahat penduduk Thaif ini membuat Zaid bin Haritsah membelanya dan melindunginya, tapi kepalanya juga terluka akibat terkena lemparan batu. Akhirnya, Rasulullah berlindung di kebun milik ‘Utbah bin Rabi’ah.

Saat itu, Rasulullah SAW melafazkan doa yang mashyur :, "Ya, Allah kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku kurangnya kesanggupanku, dan kerendahan diriku berhadapan dengan manusia. Wahai zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Engkaulah Pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku! Kepada siapa diriku hendak Engkau serahkan? Kepada orang jauh yang berwajah suram terhadapku, ataukah kepada musuh yang akan menguasai diriku?

Jika Engkau tidak murka kepadaku, maka semua itu tak kuhiraukan, kerana sungguh besar nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu, yang menerangi kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akherat dari murka-Mu yang hendak Engkau turunkan dan mempersalahkan diriku. Engkau berkenan. Sungguh tiada daya dan kekuatan apa pun selain atas perkenan-Mu."

Dari do'a ini tentu semua begitu memahami betapa beratnya ujian Rasulullah SAW saat itu dalam menghadapi penganiayaan dengan penuh reda, ikhlas dan sabar, serta tidak pernah berputus asa.
Ummul Mukminin Aisyah r.a berkata, "Wahai Rasulullah SAW, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat daripada peristiwa Uhud?“ Jawab Nabi saw, “Aku telah mengalami berbagai penganiayaan dari kaumku. Tetapi penganiayaan paling berat yang pernah aku rasakan ialah pada hari ‘Aqabah di mana aku datang dan berdakwah kepada Ibnu Abdi Yalil bin Abdi Kilal, tetapi tersentak dan tersedar ketika sampai di Qarnu’ts-Tsa’alib.

Lalu aku mengangkat kepalaku, aku melihat dan tiba-tiba muncul Jibril memanggilku seraya berkata, “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan dan tindakan kaummu terhadapmu, dan Allah telah mengutus Malaikat penjaga gunung untuk engkau perintahkan sesukamu,“ Rasulullah SAW bersabda.

"Kemudian Malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku lalu berkata, “ Wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu. Aku adalah Malaikat penjaga gunung, dan Rabb-mu telah mengutusku kepadamu untuk engkau perintahkan sesukamu, jika engkau inginkan aku akan membalikkan gunung Akhsyabain ini ke atas mereka." Jawab Rasulullah SAW,  “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mengeluarkan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun.“

Subhanallah! Tingginya budi pekerti Rasulullah saw. Langsung tiada perasaan dendam, benci, marah terhadap mereka yang melakukan kezaliman kepada Baginda saw.

Semoga kisah pengorbanan dan perjuangan Nabi saw ini dapat menjadi teladan kepada kita untuk meneruskan kehidupan mengikut jejak langkah baginda saw yang berbudi pekerti luhur dan tulus.

Rujukan :

Al-Rahiq al-Makhtum, Syeikh Syafiyurrahman al-Mubarakfuri.

1 comments:

Tanpa Nama berkata...

subhanallah..,maha tinggi pekerti pemimpin agung kita..
selawat dan salam ke atas Baginda

Catat Ulasan

Related Posts with Thumbnails
 
Share