14 April, 2010

Mengumpat : Makan Bangkai Saudara




Tahukah anda? Ada di antara kaum muslimin yang ‘memakan bangkai saudaranya yang muslim’, bukan kerena pengaruh ilmu hitam atau sakit jiwa. Bahkan ini sangat sering terjadi di kalangan kita, namun terkadang kita tidak menyedarinya. Seorang muslim memakan bangkai saudaranya sesama muslim, bukan seperti kanibal yang memakan daging mayat, akan tetapi dia makan daging saudaranya dalam bentuk mengumpat saudaranya. 

Allah -Subhanahu wa Ta’la- berfirman: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk sangka (kecurigaan), kerana sebagian dari buruk sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang ." (QS. Hujuraat: 12)


Ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah menyamakan seseorang yang mengumpat orang lain dengan orang yang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Hal itu menunjukkan kepada kita betapa kejinya dan menjijikkannya mengumpat ini sehingga menjadi sesuatu yang diharamkan oleh Allah –‘Azza wa Jalla-. Tentunya kalau kita mempunyai akal yang sehat, kita pasti tidak ingin memakan bangkai apalagi bangkai saudara kita.

Al-Imam As-Shinqithiy -rahimahullah- berkata dalam Adhwa’ Al-Bayan (5/168), "Maka wajib bagi seorang muslim untuk jauh dari mencela kehormatan saudaranya dengan sungguh-sungguh" .
Oleh kerana itu, kami perlu menjelaskan masalah mengumpat  ini agar kita semua jauh dari perbuatan tersebut. Adapun definisi mengumpat, ini telah dijelaskan oleh Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah haditsnya:

"Tahukah kalian apakah mengumpat itu? Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu". Beliau bersabda, "Engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia membencinya". Seorang sahabat bertanya, "Bagaimana jika apa yang saya katakan itu benar ada pada saudaraku itu". Beliau bersabda, "Jika apa yang engkau katakan itu benar ada padanya maka sungguh engkau telah mengumpatnya namun jika tidak demikian maka sungguh engkau telah berdusta tentangnya". [HR. Muslim dalam Shohih -nya (4/2001)]

Dengan demikian maka mengumpat adalah haram, baik sedikit maupun banyak. Dari A’isyah -radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, "Wahai Rasulullah, cukuplah Shofiyyah itu begini dan begitu -salah satu perawi berkata, "Maksud A’isyah bahwa shofiyyah itu pendek badannya"-, maka nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: 

لَقَدْ قُلْتِ كَلِمَةً لَوْ مُزِجَتْ بِمَاءِ الْبَحْرِ لمَزَجَتْهُ

"Sungguh engkau telah mengucapkan suatu kata yang seandainya dicelupkan ke dalam air laut, niscaya akan mengubah warnanya" [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (13/151)]

Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaliy-hafizhahullah- berkata, "Dapat mengubah rasa dan aroma air laut, disebabkan betapa busuk dan kotornya perbuatan mengumpat. Hal ini menunjukkan suatu peringatan keras dari perbuatan tersebut." [Lihat Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin (3/25)]

A’isyah -radhiyallahu ‘anha-, isteri kesayangan Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa sallam-, tatkala ia menyebutkan keadaan aib Shofiyyah, ia ditegur oleh Nabi -Shollallahu ‘alaihi wa sallam-. Lalu bagaimana lagi dengan suatu ucapan yang lebih dari itu. Padahal Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: 

المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

"Seorang muslim yang baik ialah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya" . [HR. Al-Bukhariy dalam Shohih-nya (1/53/Al-Fath) dan Muslim dalam Shohih-nya (1/65)]

Ibnu Umar -radhiyallahu ‘anhu- berkata, "Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wa sallam- duduk di atas mimbar kemudian menyeru dengan suara tinggi: 

يَا مَنء أَسْلَمَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يُفْضِ اْلإِمَانُ إِلى قَلْبِهِ لَا تُؤذُوا المُسْلِمِيْنَ وَلَا تُعَثَّرُوْهُمْ وَلَا تَتَبَّعُوْا عَوْرَاتَهُمْ . فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيْهِ المُسْلِمَ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ يفضه وَلَوُ فِيْ جَوْفِ رَحْلِهِ

"Wahai sekalian orang yang berislam dengan lisannya, namun belum sampai ke dalam hatinya, janganlah kalian menyakiti dan mencela kaum muslimin; janganlah kalian mencari-cari aurat (aib) mereka, kerana sesungguhnya barang siapa yang mencari-cari dan menelusuri aib saudaranya, niscaya Allah akan mencari-cari aibnya. Barang siapa yang dicari aibnya oleh Allah, maka Allah akan membongkar aibnya, walaupun ia di dalam rumahnya". [HR. At-Tirmidziy (2032), dan dihasankan oleh syaikh Al-Albany dalam Al-Misykah (5044)].

Oleh kerana itu, hendaknya setiap muslim takut terhadap bahaya mengumpat, agar kita terhindar dari siksa Allah yang pedih. Cukuplah hadits berikut membuat kita takut terhadap mengumpat. Anas bin Malik -radhiyallahu ‘anhu- berkata, "Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: 

لمَاَّ عُرِجَ بِيْ مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُوْنَ وُجُوْهَهُمْ وَصُدُوْرَهُمْ فَقَلْتُ مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيْلُ قَالَ هَؤُلَاءِ الذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ لحُـُوْمَ النَاسَ وَيَقَعُوْنَ فِيْ أَعْرَاضِهِمْ

"Ketika saya di-mi’raj-kan, saya melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga yang sedang mencakar-cakar wajah dan dada mereka. Saya bertanya, "Siapakah mereka itu, wahai Jubril?" Jibril menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia dan mencela kehormatannya". [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (4878)]

Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua agar kita mampu menjaga lisan dan menjadikan kita orang-orang yang tidak berkata-kata kecuali hanyalah kebaikan.

Disunting dari Sumber : almakassari.com

0 comments:

Catat Ulasan

Related Posts with Thumbnails
 
Share